Pentingnya Riset Pangan Fungsional untuk Meningkatkan Kualitas Pangan Masyarakat
Selasa, 20 Oktober 2020 | 00:00:00 WIB | Dibaca: 1146 Kali

Jakarta, Humas LIPI. Pangan fungsional merupakan pangan yang memiliki fungsi fisiologis khusus yang bermanfaat untuk meningkatkan fungsi metabolisme tubuh sehingga bermanfaat bagi kesehatan. Syarat utama pangan fungsional adalah berupa makan dan minuman (bukan serbuk atau kapsul) dengan kandungan prebiotik tertentu, menjadi bagian dari makan sehari-hari, dan memiliki fungsi tertentu saat dikonsumsi.
Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Mego Pinandito, mengatakan bahwa pangan fungsional bukan hanya soal mengenyangkan, namun juga soal kandungan gizi, dan cara pengolahan. “Oleh karena itu riset mengenai bahan pangan fungsional, terutama yang berasal dari lokal, perlu diperhatikan. Terlebih lagi adanya masalah stunting di Indonesia dan tantangan ketahanan pangan di masa pandemi,” tutur Mego saat membuka webinar “Talk to Scientist: Popularitas Pangan Fungsional” yang bertepatan dengan Hari Pangan Internasional, Jumat (16/10).
Anastasia Wheni Indrianingsih, peneliti Badan Penelitian Teknologi Bahan Alam LIPI, menyampaikan bahwa dari sisi kesehatan pangan fungsional bersifat membantu, menjaga, mengembangkan, dan baik untuk kesehatan. “Pangan fungsional tidak bersifat mengobati, mencegah, atau mendiagnosa suatu penyakit,” jelasnya.
Melalui teknologi, Wheni menjelaskan, peran pangan fungsional kini tidak hanya memenuhi nutrisi bagi tubuh, tetapi juga dapat dikembangkan menjadi bahan pangan alternatif bagi penderita penyakit tertentu. Kelompok Penelitian Teknologi Pangan Fungsional, Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam LIPI telah melakukan penelitian dalam upaya penyediaan pangan fungsional bagi penderita penyakit degeneratif.
“Beberapa penelitian telah kami lakukan dengan memanfaatkan umbi-umbian lokal sebagai sumber prebiotik dan serat pangan,” paparnya. “Di sisi lain, kami juga melakukan riset dalam pemanfaatan isolat probiotik bakteri asam laktat yang mempunyai aktifitas inhibitor alfa glukosidase sebagai pangan fungsional bagi penderita diabetes tipe-2,” pungkas Wheni.
Menurut Yusuf Andriana, peneliti dari Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI, kebutuhan pangan kini telah berubah seiring dengan naiknya kesadaran masyarakat tentang gaya hidup sehat. Pangan fungsional yang baik harus mencakup nilai pemenuhan gizi, cita rasa yang enak, dan bermanfaat bagi kesehatan.
Yusuf menyebutkan, teh herbal merupakan salah satu pangan fungsional yang memiliki potensi tinggi. “Secara umum, teh herbal adalah minuman yang dibuat dari infus atau rebusan rempah-rempah atau tanaman lain di dalam air panas,” terangnya. “Pasar teh herbal dunia saat ini didominasi oleh teh hitam, beberapa bahan lain yang populer adalah kayu manis, dandelion, chamomile, jahe, dan kunyit,” tambahnya. Menurutnya, beberapa jenis teh herbal yang populer di Indonesia adalah wedang uwuh, teh rosella, dan bir pletok. “Khasiat dari teh herbal yang paling umum adalah dapat mengurangi risiko gouty arthritic (asam urat)” ujar Yusuf.
Peneliti Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI, Achmat Sarifudin, menyampaikan karbohidrat merupakan salah satu sumber fungsi dari pangan fungsional yang sering ditemui dalam makanan sehari-hari. Namun beberapa jenis karbohidrat memiliki fungsi yang lebih dari sekadar sumber energi.
Karbohidrat dibagi menjadi dua jenis yaitu starch (berdasar pati) dan non-starch (berdasar non-pati). “Contoh dari karbohidrat starch adalah kentang, nasi, ketela dan jagung. Sedangkan karbohidrat non-starch bisa didapatkan dari brokoli, bayam, kacang hijau, dan rumput laut,” tambah Achmat.
Resistant starch atau pati resistant merupakan jenis pati yang tidak tercerna dalam saluran sistem pencernaan manusia. Hal tersebut membuat jenis karbohidrat ini dapat menekan kadar gula darah dan meningkatkan kontrol glycemic. Keunggulan lain dari pati resistant adalah membuat kenyang lebih lama, mencegah konstipasi, menurunkan kolesterol, dan mengurangi risiko kanker usus. Pati resistant bisa didapatkan dari beberapa makanan seperti nasi yang sudah didinginkan, oats, pisang hijau, kacang polong, dan kacang sorgum.
Sebagai informasi, Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI telah banyak melakukan riset dan menghasilkan produk berbasis karbohidrat antara lain pasta dari jagung, Aitamie; bubur instan dari kacang sorgum, Orbean; dan berbagai produk pangan dari tepung pisang; BaFle, Hi Banana’s, dan Ripe Bon. (ecp/ed: sr)
Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Mego Pinandito, mengatakan bahwa pangan fungsional bukan hanya soal mengenyangkan, namun juga soal kandungan gizi, dan cara pengolahan. “Oleh karena itu riset mengenai bahan pangan fungsional, terutama yang berasal dari lokal, perlu diperhatikan. Terlebih lagi adanya masalah stunting di Indonesia dan tantangan ketahanan pangan di masa pandemi,” tutur Mego saat membuka webinar “Talk to Scientist: Popularitas Pangan Fungsional” yang bertepatan dengan Hari Pangan Internasional, Jumat (16/10).
Anastasia Wheni Indrianingsih, peneliti Badan Penelitian Teknologi Bahan Alam LIPI, menyampaikan bahwa dari sisi kesehatan pangan fungsional bersifat membantu, menjaga, mengembangkan, dan baik untuk kesehatan. “Pangan fungsional tidak bersifat mengobati, mencegah, atau mendiagnosa suatu penyakit,” jelasnya.
Melalui teknologi, Wheni menjelaskan, peran pangan fungsional kini tidak hanya memenuhi nutrisi bagi tubuh, tetapi juga dapat dikembangkan menjadi bahan pangan alternatif bagi penderita penyakit tertentu. Kelompok Penelitian Teknologi Pangan Fungsional, Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam LIPI telah melakukan penelitian dalam upaya penyediaan pangan fungsional bagi penderita penyakit degeneratif.
“Beberapa penelitian telah kami lakukan dengan memanfaatkan umbi-umbian lokal sebagai sumber prebiotik dan serat pangan,” paparnya. “Di sisi lain, kami juga melakukan riset dalam pemanfaatan isolat probiotik bakteri asam laktat yang mempunyai aktifitas inhibitor alfa glukosidase sebagai pangan fungsional bagi penderita diabetes tipe-2,” pungkas Wheni.
Menurut Yusuf Andriana, peneliti dari Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI, kebutuhan pangan kini telah berubah seiring dengan naiknya kesadaran masyarakat tentang gaya hidup sehat. Pangan fungsional yang baik harus mencakup nilai pemenuhan gizi, cita rasa yang enak, dan bermanfaat bagi kesehatan.
Yusuf menyebutkan, teh herbal merupakan salah satu pangan fungsional yang memiliki potensi tinggi. “Secara umum, teh herbal adalah minuman yang dibuat dari infus atau rebusan rempah-rempah atau tanaman lain di dalam air panas,” terangnya. “Pasar teh herbal dunia saat ini didominasi oleh teh hitam, beberapa bahan lain yang populer adalah kayu manis, dandelion, chamomile, jahe, dan kunyit,” tambahnya. Menurutnya, beberapa jenis teh herbal yang populer di Indonesia adalah wedang uwuh, teh rosella, dan bir pletok. “Khasiat dari teh herbal yang paling umum adalah dapat mengurangi risiko gouty arthritic (asam urat)” ujar Yusuf.
Peneliti Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI, Achmat Sarifudin, menyampaikan karbohidrat merupakan salah satu sumber fungsi dari pangan fungsional yang sering ditemui dalam makanan sehari-hari. Namun beberapa jenis karbohidrat memiliki fungsi yang lebih dari sekadar sumber energi.
Karbohidrat dibagi menjadi dua jenis yaitu starch (berdasar pati) dan non-starch (berdasar non-pati). “Contoh dari karbohidrat starch adalah kentang, nasi, ketela dan jagung. Sedangkan karbohidrat non-starch bisa didapatkan dari brokoli, bayam, kacang hijau, dan rumput laut,” tambah Achmat.
Resistant starch atau pati resistant merupakan jenis pati yang tidak tercerna dalam saluran sistem pencernaan manusia. Hal tersebut membuat jenis karbohidrat ini dapat menekan kadar gula darah dan meningkatkan kontrol glycemic. Keunggulan lain dari pati resistant adalah membuat kenyang lebih lama, mencegah konstipasi, menurunkan kolesterol, dan mengurangi risiko kanker usus. Pati resistant bisa didapatkan dari beberapa makanan seperti nasi yang sudah didinginkan, oats, pisang hijau, kacang polong, dan kacang sorgum.
Sebagai informasi, Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI telah banyak melakukan riset dan menghasilkan produk berbasis karbohidrat antara lain pasta dari jagung, Aitamie; bubur instan dari kacang sorgum, Orbean; dan berbagai produk pangan dari tepung pisang; BaFle, Hi Banana’s, dan Ripe Bon. (ecp/ed: sr)
Sivitas Terkait : Dr. Mego Pinandito M.Eng.
Sumber : lipi.go.id
Komentar Facebook